Selamat datang di blog saya temen-temen, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga tetap diberi kesehatan.
Jika kita amati, bukankah banyak orang tua yang mendidik anaknya sesuai dengan agama yang dia percaya. Banyak juga kejadian dimana orang tua memeluk agama tertentu sedangkan anaknya malah agnostik ataupun atheis begitupun sebaliknya banyak orang tua atheis yang anaknya menjadi sangat taat kepada agama. Orang tua tidak bisa memaksakan Agama anaknya.
Bahkan dalam kisahnya, anak seorang nabi Nuh pun menolak ajakannya untuk beriman kepada Allah.
Lalu jika ada pertanyaan yang mengatakan bahwa "Kenapa Allah tidak menjadikan satu seluruh Agama di dunia?" Lalu jika ada claim yang menganggap bahwa Allah lah yang menyebabkan kekeliruan keyakinan yang dia ambil, maka itu adalah sesuatu yang salah.
Karena pada awalnya menurut pandangan Islam, semua bayi yang terlahir di dunia ini telah beragama Islam yang kemudian bayi tersebut akan secara otomatis mengikuti Agama kedua orang tua nya.
Pada artikel kali ini saya ingin membahas tentang Agnostik dan Atheis yang sering di salah artikan oleh orang-orang awam mengenai penyebutannya. Baik Agnostik maupun atheis keduanya sama-sama berpendapat bahwa sebuah agama itu memang absolute dan tidak bisa dibantah, yang bisa di kritisi adalah tafsirannya dan tidak dengan isi dari kitab sucinya karena agama tidak mempunyai keberanian untuk difalsifikasikan. Intinya mereka ingin mencari sebuah kebenaran terlepas dari sebuah Agama.
Padahal jika kita pelajari lebih dalam, Agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya "Tidak Kacau" yang berarti fungsi Agama itu sendiri adalah untuk mengatur manusia agar kehidupannya tidak kacau dan teratur. Kembali lagi ke pembahasan Agnostik dan Atheis.
Bagi yang belum tahu apa itu Agnostik. Agnostik adalah sebuah pandangan filsafat yang menganggap bahwa "Mungkin saja tuhan dan kehidupan setelah kematian itu memang ada tapi semua bukti buktinya belum cukup untuk membuatnya percaya" dalam artian seorang Agnostik secara tidak langsung masih mempercayai tentang adanya tuhan namun belum mempercayai sepenuhnya atau menganggap semua bukti yang ada tidak sesuai dengan logikanya. Berbeda dengan Atheis, seorang atheis secara terang-terangan mengatakan bahwa tuhan itu sebenarnya tidak pernah eksis.
Kali ini saya lebih prefer untuk membahas soal Agnostik yang mengatakan Agama tidak bisa di logikakan.
Sebenarnya jika kita mau bermain logika, sampai manakah logika dapat menampung semua kebenaran yang ada? Jika kita tinggal di Indonesia, peristiwa hantu atau astral mungkin sudah sangat melekat di pemikiran kita. Kita bisa melihat dengan jelas bahwa makhluk ini sering mengganggu manusia bahkan makhluk tersebut bisa di ajak bicara.
Apakah hantu bisa di logikakan? Terbuat dari unsur apa? Proton kah? Elektron kah? Frekuensi Rendah kah? Atau keciss?
Semua itu hanya penelitian dari ilmuan barat yang sebenarnya tidak mengetahui hal ini sebaik cenayang atau paranormal.
Pernyataan Agnostik selanjutnya mengatakan "Agama adalah peninggalan atau tradisi orang jaman dulu".
Untuk pernyataan ini saya akan membahasnya menggunakan agama Islam yang berasal dari Arab. Sebagai informasi, bahwa sebenarnya budaya Arab pada jaman dahulu justru sangat berbeda dengan apa yang diajarkan dalam Al-Qur'an. Sebagai contohnya, memakai jilbab untuk menutupi aurat seorang wanita tidak pernah dilakukan oleh wanita Arab pada jaman Jahiliyah dulu. Bahkan konon perempuan Arab pada jaman Jahiliyah, biasa melewati lawan jenisnya dengan tanpa busana sedikitpun. Dari sini membuktikan bahwa agama bukanlah produk bawaan lokal.
Argumen Agnostik selanjutnya adalah menganggap bahwa semua agama benar. Opini masyarakat jaman sekarang yang mengatakan bahwa semua agama benar justru terlihat sangat naif. Menurut Wikipedia sampai saat ini ada sebanyak 9.900 agama yang tersebar di seluruh dunia yang dimana diperkirakan sekitar 70% penduduk bumi menganut 5 agama utama yaitu Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Judaism.
Jika semua agama benar, maka mulailah mengikuti seluruh ibadah yang di wajibkan oleh semua agama di dunia ini. Dengan kata lain jika ibadah di hari jum'at adalah benar dan kamu meninggalkannya dan ibadah dihari sabtu juga benar dan kamu juga meninggalkannya dan ibadah di hari minggu juga benar dan kamu tidak mengerjakannya. Jika semua itu kamu anggap benar dan kamu tidak melakukannya maka bayangkan berapa banyak ketidakbenaran yang kamu lakukan.
Apakah semua Agama salah? Pertanyaan ini sama halnya seperti pernyataan paradox yang menyatakan bahwa "Tidak ada kebenaran yang mutlak di dunia ini". Jika kamu teliti, melalui pernyataan tersebut sebenarnya sudah menjelaskan bahwa kebenaran yang mutlak itu harus ada. Sampai disini apakah bisa dimengerti?
Sederhananya, dua ditambah dua itu sama dengan empat tidak mungkin hasilnya akan tiga ataupun lima.
Jika sebuah agama sudah memiliki komponen yang terpercaya akan kebenarannya. Maka agama lain yang berlawanan dengannya sudah pasti salah. Sangat mudah bukan?
Lalu bagaimana cara kita menentukan Agama yang benar? Di dalam Islam kita mengenal yang namanya Hidayah. Dan saya percaya bahwa Hidayah itu tidak pernah mencari manusia, manusialah yang mencari hidayah melalui pelajaran dan usaha tanpa henti.
Pada akhirnya manusia merupakan makhluk spiritual. Dengan adanya Agama selain dapat memahami eksistensi dan esensi dirinya sendiri, juga akan dapat memahami jaminan keamanan dan perlindungan dan tujuan hidup.
Bagaimana menurutmu? Silahkan berikan pendapat dan tambahan di kolom komentar dibawah. Terimakasih.
Comments
Post a Comment